10 Juni 2006

Teman Tapi Preman

sambil akses internet Anda bisa mendengarkan lagunya Maia Ahmad & Mulan Kwok. ha.....

08 Juni 2006

STOKIST511 (WE GIVE THE BEST)

KANTOR KAMI:
BUKA SETIAP HARI
JAM 09.00 WIB – 22.00 WIB
7 HARI DALAM SEMINGGU
Stokist terbesar se-indonesia dengan fasilitas :
1. Pelayanan yang berkualitas SAPA ( Senyum, Sabar, Peduli, Antusias )
2. Lokasi dipusat kota, strategis dan mudah dijangkau
3. Parkir luas & nyaman 4. Tersedia 2 meeting room:
- Shanghai hall (kapasiltas 100 orang) fasilitas : full AC LD, Proyektor, Sound system, dll -Tianjin Hall (kapasitas 40 orang )
fasilitas : OHP, Fan, Sound system 5. Bonus menggunakan meeting Room free * (ketentuan berlaku)
6. Coffe shop untuk bersantai
7. Hot Spot WIFI Internet Free
8. Tersedia alat bantu lengkap
9. Executive lounge *8 about
10. Dapatkan souvenir menarik
11. Delevery Order (dalam kota)
Alamat : Jl.Timoho 50, Telp/Fax : (0274) 587224 yogyakarta.
Jika saudara ingin belanja produk silakan kontak saya maka akan saya kirim baik dalam negeri (1-4 hari nyampai tergantung lokasi ) maupun luar negeri. ( paling lama seminggu). Tapi jika Anda hanya pingin merasakan manfaat produk tianshi dengan harga murah bisa belanja di kantor manapun skala international dgn mencantumkan no anggota saya : 894.16765. Selamat berberbelanja.
Kami Melayani Anda sebaik mungkin.
Kamalius hp: +628157948520 email : kamaliyus@yahoo.com

06 Juni 2006

21 of Tiens' people were awarded "Tiens Elite Star Charity Award" (2006-05-18)

( Fhoto beberapa Distributor Tianshi indonesia meraih kapal pesiar dan pesawat pribadi 18-22 Mei'06 di China. Diantaranya dr kiri urutan depan Agus TL, Eric Young, Efendy, Vigor & Istri )
Among the various Tiens' awards, there was one: an airplane. The dream of Tiens was to soar in the sky, and many of the Tiens' clerks had the same dream. It was the dream that inspired all the Tiens clerks to have an ambitious and grand goal., Today is your starting-line if you'd also like to fly with wings of dreams. The 21 gainers of "Tiens Elite Star Charity Award" standing on the award-receiving stage, were utmost excitng and when taking the cup.

05 Juni 2006

Terapi Praktis Gempa Jogja

Berikut ini khusus saya sampaikan file ttg Panduan Praktis & Sederhana Terapi Psikis / Mental KOrban Gempa Jogja & Jateng.
Silahkan Anda gunakan sendiri file tsb atau Anda forward ke para Relawan yang sedang berbakti di lokasi kejadian.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, namun paling tidak bisa memberikan masukan praktis saja krn keadaan yg darurat & mendesak.
Krishnamurti
"Tidaklah penting aku memiliki apapun di dunia ini,namun sangatlah penting bila aku bisa menjadi milik siapapun"
Download

04 Juni 2006

FOR GOD AND COUNTRY - KORBAN PARANOID AMERIKA

The Untold Story: Kisah Nyata Penderitaan Kapten Muslim U.S. Army di Penjara Guantanamao (Penjara Khusus Teroris) Penulis: James Yee
Isi: 364 hal. (16 x 24 cm)Hard Cover - Jaket Cetakan 01, Mei 2006 Penerbit: Dastan Books JAMES YEE mencintai Tuhan dan Amerika, namun salah satunya memenjarakannya. sinopsis: Kisah James Yee ini mengungkap bagaimana seorang lulusan West Point yang patriotik didakwa dengan dakwaan yang amat serius dan ditahan dalam sel isolasi-semua itu tanpa bukti apa pun. James Yee dibesarkan di New Jersey dan -seperti ayah dan kakak-kakaknya- ingin mengabdi pada negaranya. Ia memutuskan untuk masuk US Army Chaplain Corps (Korps Ulama Angkatan Darat AS) sebagai salah seorang ulama Muslim pertama.
Kisahnya ini dituturkan dengan amat memikat, menyuguhkan pandangan orang-dalam tentang kondisi di Teluk Guantanamo, tempat Yee ditugaskan pada tahun 2003. Tugasnya adalah melayani kebutuhan spiritual para tahanan di sana, dan karenanya ia lebih memahami kondisi mereka ketimbang orang lain. Namun, karena itu ia malah dijuluki 'Taliban Cina', disindir, dicerca, dan difitnah macam-macam. Semua itu tidak terbukti; seluruh dakwaan terhadapnya dibatalkan. Sayangnya, karier militer dan reputasinya telah lebih dulu hancur. Inilah kisah yang mengungkap sisi gelap perang terhadap terorisme yang berlebihan dan tanpa aturan, yang menebar bahaya di mana-mana dan mengakibatkan seorang patriot Amerika sejati diperlakukan layaknya musuh. Bukannya mendapat penghargaan atas jasa-jasanya, Yee malah dihukum. Reputasi Amerika sebagai negara hukum yang adil ikut tercoreng bersamanya. James Yee lulus dari West Point pada tahun 1990, mengabdi di Angkatan Darat AS selama empat belas tahun, termasuk tugas di Arab Saudi pasca-Perang Teluk I. Setelah memeluk Islam pada tahun 1991, ia belajar di Damaskus, Suriah selama empat tahun.
Ia telah dua kali menunaikan ibadah haji ke Makkah. Kini ia tinggal di Olympia, Washington.
*** "Pelecehan terhadap kitab suci umat Islam kerap terjadi di Penjara Guantanamo. Polisi militer di penjara sering menggunakan lembaran Alquran untuk membersihkan lantai. Saya sering menemukan sobekan lembar Alquran di lantai," tutur Yee. "Mereka tidak peduli pangkat saya kapten, lulusan West Point, akademimiliter paling bergengsi di Amerika Serikat. Mereka tidak peduli agama saya melarang telanjang di hadapan orang. Mereka tidak peduli belum ada dakwaan resmi terhadap saya. Mereka tidak peduli istri dan anak-anak saya tidak mengetahui keberadaan saya. Mereka pun jelas tidak peduli kalau saya adalah warga Amerika yang setia dan, di atas segalanya, tidak bersalah," kata Yee. Istrinya menggenggam pistol di tangan yang satu dan dua butir peluru di tangan lainnya. "Ajari aku cara menggunakannya," bisik wanita itu melalui telepon dari apartemen mereka di Olympia, Washington. Dari semua hal yang pernah dilalui James Yee -penahanan, tuduhan spionase, 76 hari dikurung di sel isolasi- ini adalah yang terburuk. Rasa takut membadai di dadanya saat bicara di telepon dengan istrinya. Sebagai seorang ulama militer, Yee telah dilatih untuk mendeteksi dan mencegah tindakan bunuh diri. Yee tahu bahwa kondisi Huda telah kritis. Istrinya itu telah menemukan pistol Smith & Wesson miliknya yang disimpan di tempat tersembunyi di dalam lemari. Huda sudah merencanakan ini. Yee merasa tak berdaya... *** PUJIAN: Sarat dengan pengungkapan rahasia. (The Washington Post) [Yee] mengatakan dalam bukunya bahwa otoritas militer secara sadar menciptakan atmosfer di mana para penjaga merasa bebas menyiksa para tahanan. (The New York Times) Kisah pedih Yee yang ia sebut sebagai pelecehan terhadap keyakinan dan patriotismenya ini sunguh menggelisahkan... (USA Today) James Yee tiba di Guantanamo sebagai perwira AS yang patriotik... Namun kemudian ia ditahan, dituduh menjadi mata-mata. Ini adalah kisahnya yang menggelisahkan. (The Sunday Times) Kapten James Yee, korban paranoid Washington. (Kompas) James Yee. Berbagai tekanan diterima karena ras dan kepercayaannya. (Tempo) Yee mendapat perlakuan layaknya tahanan lain di kamp yang terkenal dengan kekejaman para penjaganya itu... (Republika) Seriusnya situasi yang dihadapi Yee amatlah jelas. (Guardian) [Yee] harus menjalani penyidikan militer yang sarat dengan kecurigaan terhadap keyakinanya... (Publishers Weekly) [Kisah ini] menunjukkan bahwa tiada seorang pun yang aman pada masa-masa paranoid ini. (The Australian) Buku ini sungguh bertenaga, mengungkap bagaimana ketakutan dan kebodohan dapat mengarah kepada pelecehan terhadap keadilan. (The Associated Press) Chaplain Yee, dipenjara karena keyakinannya. (Asian Week)

Mengapa Anda Harus Membagun Aset/bisnis?

Kebanyakan orang merasa cukup puas dan aman jika mendapatkan penghasilan dengan menjadi karyawan. Lantas mengapa kita harus memiliki bisnis meski sudah mendapatan pekerjaan yang bagus?Sebuah survey dari Departemen Perdagangan & Industri di Amerika membuktikan bahwa :
¼ dari kehidupan kita dihabiskan untuk belajar mulai dari sejak Lahir, SD, SMP, SMA, Kuliah ( 25 tahun).
½ dari kehidupan kita dihabiskan untuk bekerja selama 30 tahun. Total usia 55 tahun.
nah,pada usia 60 th, orang terbagi dalam beberapa keadaan sebagai berikut :
- 36 % Telah meninggal dunia -54 % miskin (tergantung pada anak, gelandangan, tunjungan,dll) - 5 % masih harus bekerja - 4 % Betul-betul pensiun / tabungan pas - pasan - 1 % kaya
Ternyata 1 % orang kaya tersebut berasal dari profesi sbb:
- 10 % CEO, Top manager - 10 % dokter ahli, pengacara, artis (profesional yang sukses) - 5 % sales asuransi, sales rumah - 1 % lain - lain (lotre, judi, undian) - 74 % bisnis (pemilik usaha)
Apa itu Aset?Aset ialah sebuah usaha atau sistem yang jika di Tinggalkan bisnis anda barang satu atau dua tahun. Bila bisnis masih berjalan baik bahkan makin kokoh, itu tanda bisnis anda bersistem.
Bagaimana membagun Aset?
Ada banyak cara, Biasanya kita harus mengumpulkan uang dulu dan kemudian... membeli atau membangun properti lalu disewakan menabung/deposito dan dapatkan bunganya bermain saham atau reksadana (tentu,dengan hati-hati)

Ada satu cara lain yang mungkin belum pernah terpikirkan selama ini dan untuk itu saya sebarkan.... BAGAIMANA......? KITA CEK DULU CARA KITA BERPANGHALILAN SELAMA INI.
ADA 4 KUADRAN CARA KITA BERPENGHASILAN (ref. ”Casflow Quadrat” oleh Robert T.Kiyosaki)
E (employe) : Kita bekerja untuk orang lain Contoh: -karyawan/buruh -profesional -direktur
Self Emplaye : Bekerja untuk diri kita sendiri. Contoh : -dokter/artis/pengacara,arsitek -pemilik usaha kcil,toko.bengkel -restoran.

Business :kita memiliki bisnis bersistem Ciri bisnis bersistem: Tinggalkan bisnis anda barang satu atau dua tahun. Bila bisnis masih berjalan baik bahkan makin kokoh, itu tanda bisnis anda bersistem. Contoh: -konglomerasi -waralaba -network marketing Investor : kita memiliki investasi Contoh: -deposan -pemilik properti yang disewakan -pemegang saham
APA YANG MENARIK DARI KEEMAPT KUADRAN INI? Dari ke empat kuadran tersebut dibagi menjadi dua KUADRAN KIRI ( terdiri dari Employe & Self Employe) Ciri-ciri : Kita bekerja untuk Uang ACTIVE INCOME Artinya Uang kita dapat dengan bekerja membarter waktu. Jika waktu habis, habis pula kesempatan kita bekerja mencari uang. KUADRAN KANAN (Business & Investor ) Ciri-ciri : Uang bekerja untuk kita PASSIVE INCOME Artinya Uang kita dapat dari ASET ( bisnis bersistem dan investasi). Walaupun waktu habis,penghasilan mengalir terus.
Robert T.Kiyosaki ”AGAR PASSIVE INCOME SEGERA MENJADI REALITA,KITA PERLU SEGERA MEMULAI AKTIFITAS MEMBAGUN ASET MEMALULI USAHA MILIK KITA SENDIRI DI KUADRAN KANAN ( B ). Yakni usaha bersistem dan Investasi.
MEMBAGUN USAHA? BAGAIMANA PROSESNYA??
Pilihaan usaha ada di Kuadran B. ALTERNATIF PILIHAAN USAHA BERSISTEM DI KUADRAN B Menurut pakar bisnis Robert T. Kiyosaki ada 3 cara sbb: 1. Membuat sendiri ( misal perusahaan /konglomerasi) 2. Membeli waralaba/Franchise ( modal > 100 juta ) 3. Mengikuti waralaba pribadi/ Network Marketing- ( modal kecil bahkan Tanpa Modal ) ANDA PILIH YANGA MANA? BIASANYA PILIHAAN TERBENTUR PADA LIMA ASPEK... modal resiko tempat waktu keahlian
Silakan kalau anda pilih jenis usaha yang lain,tetapi saya akan bahas dari sisem yang unik dalam hal membagun aset ini yakni lebih difokuskan untuk pilihaan berikut...
Network Matketing keena modal kecil,resiko kecil,tempat fleksibel,waktu juga fleksibel,tidak butuh keahlian karena sudah ada sistem ,cukup nyontek.
MENGAPA NETWORK MARKETING? ”KALAU USAHA LAIN MENGUMPULKAN UANG DAHULU KEMUDIAN MEMBELI ASET, NETWORK MARKETING JUSTRU LANGSUNG BEKERJA MEMBAGUN ASET ”(Ref. ”Business School” Oleh Robert T. Kiyosaki)
Network Marketingadalah suatu proses investasi yang sederhana. Jika begitu sederhananya proses untuk sukses, mengapa tidak banyak orang yang berhasil?Jawabannya persis seperti yang diutarakan oleh Robert T. Kiyosaki dalam bukunya GUIDE TO INVESTING bahwa: Investasi adalah sebuah rencana yang sederhana, suatu proses menjadi kaya yang sering kali membosankan, tidak menggairahkan, dan nyaris mekanis. Manusia cepat bosan dan ingin menemukan sesuatu yang lebih menyenangkan dan menggairahkan. Itu sebabnya hanya 3 dari 100 orang menjadi kaya. Mereka mulai mengikuti suatu rencana, dan tak lama kemudian mereka bosan. Maka mereka berhenti mengikuti rencana itu dan kemudian mencari kembali cara jitu untuk menjadi kaya dengan cepat.

Mereka mengulangi proses kebosanan, kesenangan, dan kebosanan lagi selama sisa hidup mereka. Itu sebabnya mereka tidak menjadi kaya. Mereka tidak mampu menanggung rasa kebosanan akibat mengikuti rencana sederhana yang tidak rumit untuk menjadi kaya. Kebanyakan orang mengira ada suatu daya megic untuk menjadi kaya lewat investasi. Atau mereka mengira jika suatu rencana tidak rumit, maka rencana itu pasti tidak bagus.
Percayalah, jika sampai pada masalah investasi, sederhana adalah lebih baik daripada rumit(disadur dari buku GUIDE TO INVESTING - Robert T. Kiyosaki).
Ketika mendapatkan kesempatan bisnis ada 2 golongan orang: 1. 90 % mau menunggu bukti (menunda) 2. 10 % mau menjadi bukti (bergerak cepat untuk merealisasikannya)Dari 2 golongan di atas, mana yang akan sukses ?? Sudah pasti mereka yang ingin MENJADI BUKTI yang akan sukses. Anda ingin berada pada golongan yang mana? keputusan Anda adalah masa depan Anda. “tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah. Menjadi pengusaha lebih mulia karena tanganya diatas…”

Sampai Jumpa di puncak sukses!

02 Juni 2006

Bisnis dan Kehidupan Para Jagoan MLM

Setelah berjuang keras dari level terendah, para peraih posisi puncak di jaringan bisnis MLM kini menikmati limpahan uang, fasilitas kemewahan, popularitas dan pergaulan luas. Toh, buat mereka, bukan berarti kini saatnya ongkang-ongkang kaki.
Sambil tergesa-gesa, Alex I.W., Distributor Top CNI, memasuki ruang lobi kantor perusahaan multilevel marketing (MLM) di Jl. Balikpapan, Tomang, Jakarta sore itu. Seraya menjabat tangan SWA, ia berucap, �Saya baru saja tiba dari Singapura, dan langsung ke sini.� Pria yang kini menetap di Singapura ini memang kerap wira-wiri Indonesia-Singapura, 2-3 kali sebulan. Selain itu, tiap bulan dari Singapura ia rutin bepergian ke India, Vietnam dan Sri Lanka. �Saya sedang membangun jaringan (CNI) ke negara-negara Asia,� ujarnya sambil tersenyum lebar.
Alex adalah orang pertama di CNI yang meraih Crown, alias posisi tertinggi di jejaring CNI. Sebagai sosok pionir, pria yang bergabung dengan CNI selama 19 tahun ini, memiliki jaringan yang sangat masif, luas, dan dominan di CNI. Bayangkan, dengan sebuah jaringan MLM yang mencakup sekitar 500 ribu orang, kontribusinya sekitar 70% bagi pendapatan CNI yang mencapai triliunan rupiah per tahun. Hebatnya lagi, dari 8 orang peraih Crown, lima di antaranya adalah Alex dan empat downline-nya sendiri.
Toh, Alex bukan satu-satunya sosok yang sukses besar di bisnis berbasis MLM seperti CNI. Ada beberapa nama lain dari perusahaan berbasis jaringan MLM yang juga mampu mencatatkan diri sebagai top leader di jejaringnya masing-masing. Sebut saja Robert dan Ranti Angkasa dari Amway; Sofia Achmad dan Liesye Kaleb dari Tupperware; Louis Tendean dan Ferawaty Hartono dari Tianshi; serta Mulyo Hadi dan Nancy Sparingga dari Herbalife. Dari segi pendapatan dan kompensasi yang mereka terima, para top leader MLM ini sebenarnya amat pantas berbangga diri. Ambil contoh Louis Tendean yang sukses di Tianshi. Mantan pebisnis panci dan VCD ini kini telah menerima bonus bernilai tinggi seperti mobil BMW 318i. Bonusnya saja diperkirakan mencapai Rp 500 juta per bulan. Padahal, ia baru bergabung dengan Tianshi awal 2001. Menariknya lagi, usianya relatif muda, 31 tahun. Boleh jadi, pria yang tak sempat menamatkan kuliahnya di Fakultas Teknik Universitas Maranatha, Bandung ini merupakan top leader MLM paling muda dibanding sejawat top leader yang lain.
Para jagoan MLM ini terus terang keberatan menyebutkan berapa persisnya penghasilan bulanan mereka. Namun, banyak pihak yang memastikan penghasilan mereka di kisaran puluhan sampai ratusan juta rupiah per bulan. Ini setara dengan gaji direktur di perusahaan top di Jakarta.
Yang mungkin belum banyak diketahui orang awam, di balik penghasilan besar itu mereka punya kesibukan yang tak kalah padat dibanding para pemimpin perusahaan besar. Sebagai contoh diungkapkan Sofia Achmad, bahwa hari-harinya -- Senin hingga Sabtu -- digunakan untuk menjalankan bisnis Tupperware, sedangkan Minggu didedikasikan penuh untuk keluarga. Dalam seminggu, wanita berdarah Arab kelahiran Malang, 18 Februari 1961 ini meluangkan tiga hari untuk mengembangkan bisnis Tupperware ke beberapa daerah. Sebutlah, hari Rabu, Kamis dan Sabtu ia berkunjung ke Subang, Tasikmalaya dan Garut. Selebihnya, Senin, Selasa dan Jumat, ia gunakan untuk mengelola bisnis Tupperware di wilayah Bandung. Basis bisnis Sofia memang di Kota Kembang.
Tiap hari saya berangkat kerja sekitar pukul 07.30, dan sampai di rumah lagi sekitar pukul 22.00,� ujar satu-satunya peraih posisi Platinum, alias tertinggi di jaringan Tupperware ini. Bahkan, ketika melihat minat masyarakat makin tinggi terhadap Tupperware, istri Achmad Baswedan ini terkadang pulang sampai jam tiga dini hari. �Namun karena saya suka dengan pekerjaan ini, saya tak merasa berat atau terbebani,� ucap Sofia, lulusan Teknik Kimia ITB tahun 1984.
Setiap hari, jadwal kerja Sofia cukup padat -- terutama untuk pertemuan dengan sejumlah manajer dalam jaringannya, baik di Bandung maupun di daerah-daerah lain. Di sini ia melakukan pelatihan, sharing dan memompa semangat mereka. Ia juga meluangkan waktu untuk menerima tamu dan para dealer setiap hari, mengontrol kinerja kantor, serta mengadakan acara-acara khusus yang menarik demi pengembangan jaringan. Alex, yang punya jejaring di mancanegara, tentunya lebih repot lagi mengatur waktu. Sekarang, waktunya -- baik ketika berada di Indonesia maupun di luar negeri -- lebih difokuskan pada acara yang strategis, seperti wawancara, pertemuan, pelatihan, dan presentasi dalam acara-acara besar CNI. Setiap ke Indonesia ia menyediakan waktu sekitar seminggu. Begitu pula jika bertandang ke negara lain seperti India.
Alex mengungkapkan kepindahannya ke Singapura sejak dua tahun yang lalu, sebenarnya dalam rangka memudahkan langkahnya bepergian ke negara-negara Asia seperti India, Sri Lanka dan Vietnam. �Dari Singapura lebih gampang aksesnya,� ujar Sarjana Geologi lulusan Universitas Trisakti tahun 1986 ini. Pria kelahiran Makassar, September 1961 ini membenarkan sekarang ia serius mengembangkan jaringannya ke negara-negara Asia. Menurutnya, respons masyarakat yang bagus di India. Di negara itu CNI memiliki jaringan 60 ribu orang, dan membuka 30 gerai. �Separuhnya (berasal) dari jaringan saya,� ujar pria berusia 44 tahun ini bangga. Ia menyamakan antusiasme masyarakat India dengan CNI seperti halnya masyarakat Indonesia. Tahun depan (2006) ia menargetkan bisa mengembangkan jaringan di Cina. �Saya melihat karakter masyarakat di negara-negara itu tak berbeda jauh dari kita,� ujarnya memberi alasan.
Baik Alex maupun Sofia mengaku saat ini mereka secara pribadi tak melakukan upaya rekrutmen baru. Pasalnya, peran itu dilakukan para dealer dan manajer di bawah jaringan mereka. Peran mereka sendiri lebih pada upaya mempromosikan bisnis MLM yang mereka kembangkan.
Keberhasilan meraih peringkat puncak di bisnis MLM ternyata juga berimplikasi pada gaya hidup sebagian dari mereka. Alex mengakui, sebagai orang nomor satu di jaringan distributor CNI, ia �terpaksa� mematok standar tinggi. Contohnya, untuk menginap di hotel, pengguna arloji merek Cartier ini selalu memilih hotel bintang lima. Jika makan, ia memastikan restonya punya nama beken. Ia juga tak mau memilih penerbangan yang murah, kecuali terpaksa. �Untuk Indonesia saya mesti memilih Garuda,� ujar pengguna Jaguar warna metalik dan Toyota Previa ini. Tujuannya, ia beralasan, untuk menjaga citra.
Menurut Alex, semua biaya untuk memenuhi standar itu dirogoh dari koceknya sendiri. Begitu pula biaya untuk pengembangan jaringan ke luar negeri. �Saya tiap bulan mengeluarkan dana puluhan sampai ratusan juta rupiah untuk ini,� ujar mantan dosen Universitas Trisakti, yang melihat hal itu sebagai bagian dari investasinya dalam menjalankan bisnis CNI. Lain ceritanya Sofia Achmad dan Liesye Kaleb yang memilih tak mematok standar tertentu. �Ah, saya biasa-biasa saja,� ujar Sofia. Sofia dan Liesye mengaku ke mana-mana cukup menggunakan Toyota Innova yang mereka miliki hasil dari bisnis. Bagi Liesye yang kini berada di peringkat tiga, itu saja sudah luar biasa. Pasalnya, mantan kasir apotek Kimia Farma, Jakarta ini mengaku sebelumnya tak membayangkan akan mampu membeli mobil itu dari kantongnya sendiri. Kendati dari segi tunggangan sederhana, kini Sofia memiliki kantor mentereng berlantai tiga seluas sekitar 300 m2 per lantai di kawasan Buah Batu, Bandung.
Yang pasti, apa yang mereka peroleh saat ini tentu saja tak datang tiba-tiba, melainkan berkat kerja keras dan pantang menyerah. Ketika memulai bisnis ini, mereka juga orang yang teramat biasa. Alex mungkin contoh yang menarik. Suami dari Rini Sulistiyanti (43 tahun) dan ayah dari Intan K.W. (13 tahun), Vania K.W. (12 tahun) dan Ryan K.W. (11 tahun) ini mengaku tadinya malah pengangguran. �Saya baru lulus sarjana, daripada tak ada kerjaan saya ikut CNI pada 1986,� ujar bungsu dari 7 bersaudara ini. Setelah itu ia sempat vakum dua tahun, dan selama masa itu ia menjadi dosen di almamaternya. Selanjutnya, ia bekerja di Caltex sebagai karyawan kontrak selama 1,5 tahun di Rumbai, Pekanbaru.
Perubahan terjadi setelah ia mengikuti pertemuan CNI yang menampilkan Xaverius Naibaho asal Medan sebagai pembicara. Ia teringat ketika itu Naibaho menceritakan hanya dalam tempo 6 bulan bisa memiliki penghasilan Rp 5 juta. �Saya sempat terpana waktu itu,� ujar Alex menceritakan awal perubahan yang drastis dirinya. Tahun 1989 ia berkomitmen untuk serius menjalani bisnis MLM CNI. Buah keseriusannya mulai kelihatan, ketika pada akhir 1989 pendapatan Alex mencapai Rp 1 juta.
Sejak itu, kinerja sekaligus pendapatan Alex seperti tak terbendung. Setahun berselang (Desember 1990), Alex bisa menggaet penghasilan Rp 10 juta sebulan. Enam bulan kemudian (Juli 1991), ia meraih bonus kepemilikan mobil mewah. �Saya menjadi orang yang pertama kali meraih fasilitas ini,� ujarnya bangga. Sejak 1999, ia malah berhasil meraih semua fasilitas kemewahan di CNI, seperti kepemilikan rumah, jatah jalan-jalan ke luar negeri dan mobil mewah. Saat itu ia mulai memperoleh publikasi luas, sebab untuk pertama kalinya Harian Kompas menuliskan profilnya setengah halaman. Yang lebih membanggakannya, pada Juli 1994 ia meraih posisi tertinggi (Crown) dan satu-satunya di CNI saat itu. Hingga sekarang, posisi ini berhasil ia pertahankan.
Adapun Sofia tadinya seorang ibu rumah tangga. Wanita yang awalnya senang berjualan beragam perlengkapan dapur ini masuk Tupperware di awal 1992. Ia diajak bergabung dengan Tupperware oleh salah seorang teman pria yang juga aktif berjualan perlengkapan dapur. Hanya dalam tempo tiga bulan, Sofia berhasil meraih posisi manajer dan beromset Rp 9 juta per bulan. Tahun1994 ia merebut gelar Queen of Conference -- gelar paling bergengsi untuk level manajer di Tupperware. Sejak itu ia mendapat kesempatan ke luar negeri seperti ke Australia dan Hong Kong.
Pada 1995 ibu dari Farah Fairuz (19 tahun), Irsyad Izzedin (15 tahun), dan Muhammad Hanif (10 tahun) ini dipercaya menjadi distributor dan boleh membuka kantor sendiri. Sejak itu, Sofia makin terpacu untuk terus meningkatkan kinerjanya. Hasil manisnya pun dirasakan. Pada 2001 ia menjadi Top 1 Distributor di jaringan Tupperware Indonesia (yang masih dipertahankannya hingga kini) dan menduduki posisi 28 di jaringan Tupperware dunia. Tak heranlah, Kota Bandung -- tempat berkiprah Sofia -- menjadi kontributor paling besar bagi total pendapatan Tupperware Indonesia.
Baik Sofia maupun Alex mengungkapkan cara untuk mencapai posisi tertinggi adalah kerja keras dan fokus pada keberhasilan yang bakal dicapai. Itulah sebabnya Alex mengaku tak pernah memikirkan penolakan dari orang-orang yang diajaknya. �Saya bahkan tidak marah jika mereka membanting pintu atau tak hadir sekalipun,� kata Alex. Baginya CNI adalah urusan mati dan hidup, karena itu ia bersikap tak akan cepat putus asa.
Kiat lain yang dijalankan Alex adalah duplikasi dan inovasi. Alex mengungkapkan ia selalu berusaha mentransfer hal-hal yang ia lakukan dan ia ketahui kepada orang lain. Ia berupaya agar dalam jaringannya lahir orang-orang yang memiliki kemampuan yang sama dengannya. Sementara untuk inovasi, ia berusaha membuat sesuatu yang baru. Salah satunya, demo perbandingan sabun cuci produk CNI dengan produk yang lain. �Sampai sekarang model demo saya itu masih digunakan,� katanya bangga. Ia juga memperkenalkan acara semacam presentasi masalah kesehatan. Pengetahuannya sendiri ia gali dari mendalami buku-buku kesehatan. �Kadang-kadang saya merasa seperti dokter,� sambungnya sambil tertawa lebar.
Kini setelah mendapat posisi tertinggi, beberapa aktivitas yang dulu ia lakukan banyak berkurang. Pasalnya, peran seperti itu telah digantikan oleh para downline-nya. Namun untuk mempertahankan posisi ini, Alex dan Sofia berujar, kuncinya adalah komunikasi, sharing, dan terus memacu kinerja jaringan.
Sofia sendiri mengaku memiliki beberapa cara khusus. Yang utama, �Saya memberi peluang kepada manajer-manajer saya untuk membuka kantor,� ujarnya. Seperti diketahui, untuk bisa membuka kantor, seorang distributor harus di-back up oleh upline-nya. �Semakin banyak manajer saya yang bisa membuka kantor seperti saya, kepercayaan mereka pada saya semakin besar,� ujarnya. Konsekuensinya jika ada yang mundur ia harus ikut turun tangan. Hal ini terjadi pada salah satu manajernya di daerah. Supaya kantor tidak tutup, mau tak mau ia menggantikan posisi yang bersangkutan di sana.
Kiat Sofia lainnya adalah memberikan bonus secara langsung kepada manajer-manajernya. �Ini untuk menunjukkan apresiasi saya pada mereka,� ujarnya. Ia juga kerap memberi informasi kepada timnya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Tupperware. Supaya lebih kompak, wanita yang memiliki 174 manajer ini mengadakan 7 seragam untuk pakaian mereka di lapangan. �Jadi saya biasa SMS kepada mereka jika ingin menggunakan seragam tertentu,� ungkapnya.
Dengan penghasilan bulanan yang relatif besar, ke mana mereka menginvestasikan uangnya? Tak seperti Sofia yang relatif tertutup, terus terang Alex mengungkapkan sekarang portofolio investasinya meliputi properti (bangunan), saham dan perhiasan. Hanya saja, berapa besarnya investasi dan persentase tiap-tiap bentuk investasi, Alex tak bersedia menyebutkan. �Saya menyerahkan penanganannya kepada profesional,� katanya diplomatis.
Yang jelas, buah manis dari keberhasilan mereka meraih posisi puncak di jaringan masing-masing telah menunjukkan bisnis MLM bukan bisnis sembarangan. Di sana ada imbalan uang, karier, popularitas dan jaringan pergaulan, yang tak kalah menarik dibanding bisnis konvensional. Jadi, buat mereka yang telah membuktikan, siapa bilang ini bisnis sambilan atau sampingan.
Riset: Ely P. Chandra. (swa)

Bakti Sosial Unicore

Berikut suasana sedang packing barang di kantor UNICORE Yogya yang akan kita sumbangkan posko canden bantul dan pathuk gunung kidul.
fei2
team
Sub Stockist Tianshi yang ambruk di jalan parang tritis yogya
tiens
Salah satu mobil Leader Tianshi yang kena musibah
bmw diah2

Presentation oppurtunity

This is 2 minutes presentation has the power to simplify your lifea proven oppurtunitya proven product line anda real business for the new century

would you like to increase your energy?

find a healthy alternative to support weight loss?
feel more energizedhave the oppurtunity to achive optimal health forthe first time in your life?

and for more information contact
Sincerly
Kamalius

Pengusaha & Eksekutif Muda: Modalnya: Intuisi, Inovasi, dan Berani

Mereka berusia 35 tahun atau kurang, pekerja keras, piawai mengelola usaha, dan moderat dalam memimpin karyawan. Berbekal intuisi, inovasi, dan berani mengambil keputusan, bisnis dan karier mereka bakal kian bersinar.

Jangan remehkan intuisi. Buktinya, hanya karena tak mengandalkan “intuisi”, Museum Getty di AS pernah rugi jutaan dolar! Itu terjadi ketika museum tersebut membeli sebuah patung yang oleh penjualnya disebut sebagai patung Yunani berumur ribuan tahun. Mereka lalu melakukan penelitian ilmiah. Kesimpulannya, benar patung itu berumur ribuan tahun dan pantas dihargai US$30 juta.

Patung Yunani itu lalu ditunjukkan kepada Frederico Zeri, salah seorang anggota dewan museum. Saat mengamati kuku jari patung itu, Zeri merasa ada yang aneh. Beberapa ahli lain, di antaranya Thomas Hoving, yang mantan direktur Metropolitan Museum of Art di New York, juga diminta melihat patung itu. Hoving pun punya “feeling” yang sama dengan Zeri. Katanya, “It was ‘fresh’.”

“Fresh” di sini jelas bukan gambaran yang pas untuk sebuah patung yang diduga berumur ribuan tahun. Investigasi pun dilakukan. Hasilnya, intuisi Zeri dan Hoving ternyata jitu. Padahal, pihak museum telah mengeluarkan dana jutaan dolar AS dan terlambat mengubah keputusannya. Jelas mereka rugi!

Kisah menarik itu dipaparkan Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink: The Power of Thinking without Thinking. Di dalamnya, Gladwell juga menyajikan bahwa blink dibutuhkan pula di dunia bisnis. Sepakat akan hal itu, Ade Febransyah, pengamat bisnis dan manajemen dari Sekolah Bisnis Prasetiya Mulya, mengatakan bahwa, bagi dunia bisnis, intuisi diperlukan dalam mengidentifikasi opportunity gap dan pengambilan keputusan yang kritikal.

Bisnis Butuh Intuisi Oleh karena itu, Ade menyarankan agar para pebisnis maupun eksekutif yang berada pada tataran pengambil keputusan tidak mengabaikan intuisi. “Jangan sampai mereka terjebak mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, tetapi lupa akan intuisinya sendiri,” terang Ade. Ini berlaku pula bagi para pengusaha dan eksekutif muda berusia 35 tahun atau kurang. Sering, lanjut Ade, usia muda menjadikan mereka tak percaya diri pada intuisinya sendiri. Padahal, intuisi bisa menjadi salah satu pilar untuk meraih sukses di dunia bisnis.

Apa yang dilakukan Yoris Sebastian Nisiho, GM Hard Rock Cafe (HRC) Indonesia, bisa menjadi contoh. Intuisinya yang tajam menjadikan pemuda kelahiran 33 tahun silam ini tak ragu mendobrak pakem. Ia menciptakan program dengan tag line “I Like Monday”. Padahal, sebelumnya, idiom I don’t like Monday begitu melekat di persepsi masyarakat. Senin adalah hari yang paling “berat”. Namun, Yoris berpikir sebaliknya. Ia malah merancang acara-acara spesial di hari Senin. Tujuannya, untuk menghidupkan dan menyemarakkan hari pertama dalam satu minggu.

Hasilnya? Pengunjung HRC justru membeludak pada hari Senin. Bahkan tak jarang HRC tidak dapat menampung hardrockers yang ingin menikmati program “I Like Monday”.

Begitu juga Sharmila, 34. Sebelum menjadi pebisnis furnitur dan pakaian anak, ia sempat berkarier di PT Sucofindo. Dengan mengandalkan intuisi, istri Yahya Zaini ini nekat terjun menjadi entrepreneur, meski saat itu ia tak punya pengalaman sedikit pun di dunia bisnis.

Kala itu, hanya dengan modal Rp2 juta, ia mengawali bisnis jasa renovasi sofa. Dana itu plus uang muka 50% dari klien ia jadikan modal awal untuk membeli bahan dan membayar tukang renovasi. Dengan menekankan kualitas produk dan layanan purnajual, lama-kelamaan bisnis Sharmila berkembang. Pelanggannya kini tak hanya datang dari rumahan, tetapi juga dari perkantoran, hotel, dan rumah sakit.

Jenis usahanya pun kian beragam. Furnitur, perlengkapan hotel, hingga pakaian anak. Kini omzet perusahaan Sharmila mencapai Rp700—900 juta per bulan. “Ke depan, saya berencana mengembangkan bisnis ini dengan jalan syariah, bukan melalui waralaba,” kata pemilik PT Savindo Karya dan Kids Smart ini.

Intuisi pulalah yang berbicara ketika Baron Respati, dirut PT Ambar Kejora, memutuskan untuk menerima tawaran menjadi pemegang lisensi jam tangan merek Lockman. Padahal, ketika itu ia baru lulus dari Universitas San Francisco, AS.

Inovasi, Inovasi, dan Inovasi Di samping intuisi, Ade juga menekankan pentingnya inovasi berkesinambungan. Idealnya, para pengusaha dan eksekutif muda ini bisa bertindak sebagai inovator. Bagi mereka, terang Ade, mestinya hal itu tak terlalu sulit. Apalagi kebanyakan mereka sering berangkat dari ide-ide “liar”. Hanya butuh kerja keras dan kemauan untuk mengasah kemampuan agar inovasi itu bisa sampai ke tahap komersial.

Enlie Widjaja juga. Direktur PT Vivamerindo Mitra Sejahtera, sebuah perusahaan multilevel marketing (MLM), ini terus berinovasi guna menambah jumlah distributornya. Ia tak ragu menarik orang yang sudah terjun ke dunia MLM untuk bergabung dengan perusahaannya, yang bergerak di bisnis food supplement dan skin care ini.

Apa inovasi Enlie? Sejak Januari lalu ia mengubah strategi bisnis. “Jika sebelumnya pendekatan yang dilakukan berdasarkan kualitas produk, kini kami melihatnya dari sisi peluang bisnis,” ungkap Enlie. Selain itu, sarjana akuntansi dari California State University of Fresno, AS, ini membuat program baru yang dinamakan fast track.

Program ini, menurut Enlie, cukup diminati. Pasalnya, mereka yang direkrut hanya dikenai biaya Rp3,8 juta dan bisa langsung menduduki posisi manajer. Adapun si perekrut sendiri akan mendapat dana tunai Rp1 juta. Padahal, sebelumnya, untuk bisa sampai pada level manajer, akumulasi poin member harus mencapai sekitar Rp10 juta. Dengan inovasinya ini, Enlie menargetkan mampu menambah jumlah distributor hingga 100% pada tahun ini.

Sebagai pengusaha, Soegiandi tak menampik pentingnya inovasi demi kelangsungan bisnis. Inovasinya dalam menjalankan Amazone Family Entertainment Center diawali dari minatnya untuk menyediakan fasilitas bermain bagi keluarga. Menurut Soegiandi, fasilitas tersebut dapat melahirkan harmonisasi di antara anggota keluarga. Dalam menjalankan bisnisnya, pria yang punya hobi menonton film silat ini mengaku tertarik untuk membentuk brand lokal yang dikelola oleh SDM-SDM lokal pula. “Saya harus mampu membuat perusahaan lokal yang baik, jangan cuma mengandalkan sistem franchise dan tergantung pada asing,” tekadnya.

Oleh karenanya, Soegiandi mencoba membuat Amazone mempunyai ciri khas. Ia menawarkan konsep one-stop entertainment. Maksudnya, mulai dari interior, mesin, sampai permainan disuguhkan lengkap tak hanya bagi anak kecil, tetapi juga orang dewasa. Di samping itu, Soegiandi menjanjikan pihaknya akan memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan bagi konsumen.

Baron Respati juga mengembangkan bisnisnya lewat inovasi. Kini ia membawahkan beberapa perusahaan, seperti Asia Finance, Kafe Oh La La, serta pemegang lisensi Lockman Italy dan Bucherer Executive. Ia menawarkan sistem waralaba untuk kafe Oh La La sejak tahun 2000. Usahanya tak sia-sia. Kini kafe made in lokal itu beranak pinak menjadi 46, yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan kota-kota lain. Bahkan, di masa krisis pun Baron terus membuka cabang.

Yoris juga terus menggali inovasinya. Setelah sukses dengan “I Like Monday”-nya, ia menggandeng Oscar Lawalata untuk mendesain fashion khusus bagi HRC. Menurut Yoris, inovasi ini dilakukan karena ia melihat peluang baju-baju HRC bukan lagi sekadar suvenir, tetapi sudah menjadi fashion item. Ke depan, pria kelahiran Makassar ini berencana menggandeng desainer-desainer muda lainnya dengan maksud yang sama.

Memimpin dengan Gaya Moderat Jika anak-anak muda itu terbilang piawai dalam menciptakan ide-ide bisnis, bagaimana cara mereka saat mengelola SDM? Dengan jujur Eddy Santoso Setiawan, presdir PT Sanex Telekomunikasi, mengakui bahwa ia memilih cara moderat. Dengan cara itu, ia tak merasa sulit dalam menghadapi karyawan maupun mitra usaha. “Di bidang telekomunikasi, kebanyakan kami sama-sama masih muda. Jadi, nyaris tak ada masalah,” tambah Eddy.

Kalau Baron punya pendekatan lain. Ia menerapkan konsep manajemen dari hati dengan mengutamakan pendekatan personal. Kata pria 23 tahun ini, setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk menyapa dan memberikan arahan kepada para kepercayaannya yang ada di setiap cabang. Jika tak bisa dengan tatap muka, ia melakukannya via telepon, Dengan cara seperti itu, Baron berharap para karyawannya memiliki loyalitas yang tinggi.

Lilis Setiadi, director head of sales PT Schroder Investment Management Indonesia, memilih memberikan keleluasaan kepada para bawahannya untuk menerapkan strategi guna mencapai target. “Saya percaya target adalah target, tetapi bukan berarti tidak ada fleksibilitas di dalamnya,” tegas Lilis.

Gaya moderat diadopsi pula oleh Enlie. Wanita kelahiran Jakarta, 13 Mei 1971 ini mengaku, dalam menetapkan target ke bawahan, ia selalu menyertakan arahan dan cara untuk mencapainya. Tujuannya, agar proses yang mereka lakukan terarah.

Hari Sudarmadji, managing partner Optima Consulting, menilai gaya kepemimpinan anak-anak muda sekarang memang terkesan lebih moderat. Ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berkaitan dengan terciptanya era reformasi yang menyebabkan makin terbukanya iklim bisnis. Adapun faktor internal dipengaruhi oleh sifat dasar anak-anak muda itu yang cenderung tak mau dikekang. Meski demikian, Hari mengingatkan agar anak-anak muda itu tak selalu membuka keran informasi seluas-luasnya. “Mereka juga harus pintar-pintar menyaring. Sebab, dalam bisnis, terkadang ada hal-hal yang tak bisa didiskusikan dengan bawahan,” ujar Hari.

Bukan hanya moderat, anak-anak muda ini juga merasa lebih sreg menerapkan sistem kekeluargaan. “Saya tanamkan kepada karyawan bahwa kami ini merupakan satu keluarga. Perusahaan ini milik mereka juga,” ungkap Sharmila. Maka, ia pun menjadikan karyawan-karyawannya sebagai mitra bisnis.

Begitu pula dengan Soegiandi. Dalam mengelola SDM, peraih gelar magister manajemen internasional dari Prasetiya Mulya ini menciptakan hierarki yang serupa dengan keluarga di rumah. Ia mengibaratkan setiap cabang bak satu rumah yang dipimpin oleh satu kepala keluarga. Namun, sebagai pimpinan, Soegiandi tak menampik bahwa ia berharap bisa menjadi “bos” yang disegani, bukan ditakuti. Pasalnya, kata Soegiandi, kalau hubungan atasan dan bawahan didasarkan rasa “takut”, suasana kerja pun tak akan nyaman. Dengan sistem kekeluargaan, ia yakin perusahaan bakal lebih fleksibel menghadapi perubahan dan lebih efisien.

Aktivitas bisnis anak-anak muda itu patut diacungi jempol. Betapa tidak, dalam usia muda, mereka mau bekerja keras, mengelola bisnis, dan menjadi leader. Namun, Ade Febransyah mengingatkan mereka untuk terus mengasah kemampuan, memperluas wawasan, dan tak berhenti berinovasi. Last but not least, mereka juga harus berani mengambil keputusan. Intuisi dan inovasi saja tak akan berarti apa-apa jika “the young entrepreneur & executive” itu tak berani mengambil keputusan. Tentu bukan asal keputusan, tetapi keputusan yang jitu.

Kiat Sukses para Pengusaha dan Eksekutif Muda:

1. Dalam berkarier, seorang eksekutif jangan terpaku hanya pada satu organisasi. Ini untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan situasional leadership yang berguna sebagai modal meningkatkan jenjang karier. Sedangkan sebagai pengusaha, jangan hanya terfokus pada satu bidang. Usaha yang sudah ada terus dikembangkan, tetapi tetap sejalan dengan kompetensi inti.

2. Perluas wawasan, pengalaman, dan kemampuan leadership.

3. Jangan lupakan intuisi, jangan berhenti berinovasi.

4. Berani mengambil keputusan.

5. Seiring dengan makin bertambahnya usia, sebaiknya makin matang dan tepat pula dalam mengambil keputusan.

Sumber: Kamis, 1 Juni 2006 09:00 WIB - warta ekonomi.com