Yang di atas itu memang judul lagunya Brit. Tapi yang ini, adalah cerita tentang terulangnya fenomena Law of Attraction pada diri saya. Fenomena, yang kata orang sering membuat manusia menjadi enggan bertindak dan lebih senang melamun. Fenomena, yang mungkin memang tidak membahas "action" karena dianggap tak perlu lagi dibahas, sebab dianggap sudah dilakukan dengan optimal dan maksimal. Fenomena, yang sebenarnya bisa dipersamakan dengan fadhail alias keutamaan, karena apa yang menjadi syariat utama dianggap tetap berjalan. Fenomena, yang sebenarnya lebih tepat dianggap sebagai bonus dari "action".
Di alam semesta ini ada banyak sekali hukum alam. Kita bisa menemukan setidaknya ada 18 hukum alam yang berlaku tetap dan pasti sebagai sunatullah selama alam semesta masih ada. Tahukah Anda bahwa hukum sebab-akibat, hanyalah salah satu dari itu semua?
Jika seluruh hukum alam itu bisa diaktivasi secara positif sesuai maksud dan tujuannya, maka hasil akhirnya adalah sebuah fenomena daya dan kekuatan yang dianggap paling powerful di alam semesta. Kekuatan itu disebut dengan Law of Attraction alias hukum ketertarikan.
Inilah penjelasan "bonus", tentang mengapa angsa berkumpul dengan angsa, kambing berkumpul dengan kambing, penggila olah raga dengan penggila olah raga, hobiis catur dengan hobiis catur lainnya.
Juga, tentang lahirnya berbagai jargon yang dikenal oleh dunia modern seperti "komunitas", "almamater", "geng", "kelompok", "band", "grup", "hobbyist", "kelompok penggemar", "persatuan", "asosiasi", atau bahkan "partai".
Adalah benar bahwa semuanya bisa terjelaskan secara logis, di mana semua itu terjadi karena kesamaan sifat dan karakter, kemiripan interest dan hobi, persamaan kepentingan, kesamaan golongan, orang yang tepat, waktu yang tepat, dan situasi yang tepat.
Di luar apa yang menjadi syarat-syarat logis di atas, dan selain apa-apa yang menjadi syariat dan amal yang wajib, apa yang mempersatukan semua itu adalah Law of Attraction.
Jika kita bisa memahami dan mengaktivasi Law of Attraction, maka kita bisa menciptakan fenomena yang merupakan kebalikan dari semua gambaran tentang saling tertariknya satu sama lain sebagaimana di atas.
Dengan Law of Attraction kita bisa menarik orang yang tadinya tidak interest menjadi interest. Kita bisa menyatukan orang-orang yang berbeda kepentingan terkumpul dalam suatu wadah dan menjadi orang-orang yang punya kepentingan sama. Kita bisa menarik orang lain untuk juga ikut menggemari apa yang kita gemari. Kita bisa membuat orang-orang yang awalnya berkonflik berubah menjadi sahabat setia.
Adakah, Law of Attraction juga bisa menarik sesuatu yang kita inginkan selain itu? Misalnya mobil, rumah, uang, atau kesuksesan duniawi lain? Tentu saja.
Dasarnya sederhana saja, yaitu bahwa tidak satupun yang terjadi di alam semesta ini, terjadi sebagai kebetulan. Tuhan itu Maha Besar dan Maha Mengetahui. Sehingga, tak satupun terjadi tanpa sepengetahuan dan tanpa kehendak-Nya. Segala sesuatu, memang bagian resmi dari skenario-Nya. Tak ada kebetulan, tak ada tidak sengaja.
Kita sebagai manusia, bisa berperan dalam sistem alam semesta yang telah dianugerahkan- Nya kepada kita, di mana alam semesta itu telah ditaklukkan bagi kita, untuk tujuan beribadah kepada-Nya.
Peran itu di antaranya adalah kemampuan untuk mengaktivasi fenomena Law of Attraction, sebagai sebuah demonstrasi dari sifat Maha Besar-Nya, dan dari sifat Maha Pemurah-Nya. Lebih tepatnya, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan sunatullah sehingga kita bisa belajar, mengenali, dan akhirnya meyakini segala sifat Maha-Nya.
Dengan Law of Attraction (tanpa meninggalkan syariat utama dalam bentuk amal alias action), kita bisa menarik apapun yang kita inginkan tanpa melihat apakah yang kita inginkan itu baik atau buruk, positif atau negatif, dan bahkan kita sukai atau tidak kita sukai. Sepanjang kita menginginkannya, maka kita bisa mendapatkan semua itu atas izin dari-Nya.
Mengapakah ada orang yang dianggap jahat, tapi juga dianggap sukses secara finansial? Mengapakah ada orang baik yang ternyata juga sukses secara finansial? Mengapa faktor "bersabar", "kerja keras", dan "tekun" tidak hanya berlaku bagi mereka yang meyakini Tuhan? Perampok pun jika "tekun" dan "sabar", akan menjadi perampok yang sukses bukan? Terlepas dari tempat kembalinya setelah kematian menjemput.
Hari Sabtu yang lalu, saya menghadiri acara arisan bersama teman-teman alumni SMA saya. Acara arisan dan silaturahim itu diselenggarakan di Kalianda Resort, sebuah pantai yang manis di ujung propinsi Lampung.
Saya berangkat dari Jakarta, dijemput oleh teman alumni yang juga bekerja di Jakarta. Kami bersepakat untuk berangkat bersama dengan teman lain dari Bogor dan Tengerang. Kami menetapkan untuk berangkat pagi-pagi sekali sebelum subuh menjelang.
Malam itu, saya sempat begadang untuk sebuah urusan. Ketika hampir subuh, saya dibangunkan oleh dering HP dari teman yang akan menjemput saya. Dengan terburu-buru, saya segera mandi. Belum lagi saya selesai mandi, teman saya itu datang. Maka saya pun berkemas dengan tergesa-gesa. Rencananya, kami shalat subuh di Karawaci.
Saya ingat di perjalanan, ternyata saya lupa membawa uang. Untunglah di saku jeans saya masih terselip kartu ATM saya. Saya mintakan pada Mas Ridho teman saya yang sekarang penggiat offroad itu, untuk mampir ke salah satu ATM yang kami ditemui di sepanjang jalan. Saya perkirakan, ATM itu ada di rest area sekitar Karawaci atau di kota Cilegon. Mungkin karena masih terlalu gelap, saya belum berhasil juga menemukan mesin ATM di sepanjang tol Jakarta-Merak.
Sampai di Cilegon, kami mampir sarapan di sebuah restoran soto yang cukup terkenal. Mungkin juga karena terlalu asyik bertemu teman lama, saya pun lupa mencari ATM di sana. Alhasil, sampai di kapal pun saya tetap belum memegang uang kas (Kapal Ferry Mufidah namanya, yang berlayar di tengah cuaca keras dan berguncang-guncang serta membuat mual isi perut). Begitu pula, saat kami tiba di tempat acara.
Acara berjalan dengan segala kemeriahan, dan ditimpali dengan pergeseran perilaku setiap orang yang kembali ke masa-masa dua puluh tahun yang lalu. Di tengah kemeriahan itu, seseorang mendekati saya, Rini namanya.
Rini adalah sahabat SMA saya, kini seorang dokter. Ia rupanya menagih iuran arisan untuk dua bulan lamanya. Hari itu memang akan diadakan penarikan arisan. Saya memang belum menyetor karena di pertemuan sebelumnya saya tak bisa hadir.
Saya meminjam uang kas kepada Mas Ridho, dan saya katakan akan saya ganti segera. Mas Ridho meminjami saya, dan kemudian saya menyerahkan uang itu kepada Mbak Rini. Saya katakan pada Mbak Rini,
"Ini Mbak uangnya. Entar aku yang dapet lho!"
Rini berlalu dan mencari penunggak lain. Saya kembali tenggelam dalam nostalgia bersama teman-teman lama.
Sore hari, pemenang arisan diumumkan. Alhamdulillah, saya adalah pemenangnya. Saya kembalikan uang Mas Ridho dengan disertai senyum rasa syukur. Acara itu, dihadiri oleh sekitar 70 atau 80 orang yang sebagian besarnya ikut arisan. Lumayan juga perolehan saya. He...he...
Why me? Mengapakah kata-kata saya menjadi kenyataan? Kebetulankah itu? Mbak Rini sendiri sempat nyeletuk terheran-heran, dan bahkan sempat "menuduh" saya memiliki "sesuatu".
Saya tidak memiliki sesuatu, kecuali keyakinan bahwa memang saya-lah yang akan memenangkan arisan kali itu. Keyakinan itu, mencapai puncaknya saat saya menyerahkan uang iuran arisan ke tangan Mbak Rini.
Anda betul. Probabilitas ada bermain di sana. Mungkin juga, nasib baik ikut berperan. Dan tentu saja, the right time, the right place, the right person, the right situation. Akan tetapi, cukupkah itu saja? Tidak. Sebab, itulah yang disebut dengan fenomena Law of Attraction. Bukan kebetulan, bukan klenik, tapi kekuatan pikiran, kekuatan kemauan, dan kekuatan keinginan.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Gambaran berikut ini akan serta merta menyadarkan Anda.
Tuan A dan Tuan B adalah dua sahabat kental yang tukang jajan. Suatu hari, mereka berdua pergi ke sebuah rumah makan. Tuan A memilih menyantap siomay, dan tuan B memilih jajan bakso.
Di sela-sela santapan mereka, Tuan A tergiur oleh bulat-bulat kenyal bakso di hadapan Tuan B. Tuan A memutuskan untuk mencicipi satu butir saja bakso di mangkuk Tuan B. Tuan A pun kemudian mengatakan minatnya kepada Tuan B. Ia meminta bakso itu. Gayung bersambut, Tuan A mendapatkan satu butir bakso yang diinginkannya.
Sebenarnya, semudah itu pula fenomena Law of Attraction bisa diterapkan. Terlebih lagi, jika kemampuan ini dilatih dan dilatih, diasah dan diasah.
Tuan A, saat mengutarakan minatnya kepada Tuan B, tidak hanya sekedar membuka mulut dan mengajukan permintaan. Suara Tuan A, disertai dengan perangkat pikiran, perasaan, emosi, dan mood yang diramu dengan tepat dan positif, menghasilkan kekuatan besar yang membuat keinginannya terealisasikan. Kekuatan Law of Attraction.
Pikiran, perasaan, dan emosi Tuan A, adalah kombinasi positif yang dihasilkan dari proses pengolahan informasi yang dipahami oleh Tuan A sendiri, tentang hubungannya dengan Tuan B.
Bahwa ia merasa dekat dengan Tuan B. Bahwa ia telah bersahabat puluhan tahun dengan Tuan B. Bahwa ia merasa sangat mengenal karakter Tuan B. Bahwa ia begitu yakin akan kedekatannya dengan Tuan B. Bahwa penolakan oleh Tuan B malah justru akan menjadi sebuah kontradiksi di dalam hubungan mereka berdua. Penolakan dari Tuan B akan membuatnya shock dan malah mempertanyakan kembali kedekatan hubungan mereka berdua. Itu semua, berakhir pada sebuah mood yang disertai dengan keyakinan tinggi bahwa Tuan B pastilah memberi.
Maka, dengan segala pemahaman Tuan A tentang kedekatannya dengan Tuan B, Tuan A tetap bisa berkeyakinan bahwa apa yang diinginkannya akan terkabul. Maka, itulah yang terjadi.
Bagaimana, bisakah kini kita memahami siapa itu pemimpin kharismatik? Siapa itu top seller? Siapa itu presenter handal? Siapa itu orang-orang yang sukses, kaya, dan berbahagia? Disadari atau tidak, mereka adalah praktisi handal dalam fenomena Law of Attraction.
Bapak, Ibu, dan Saudara yang budiman. Jika saja kita bisa meramu pikiran, perasaan, emosi, mood, dan bahkan hati dengan cara yang sama dengan yang dilakukan Tuan A, tapi kita terapkan dalam hubungan kita dengan yang Maha Pemurah, Maha Pemberi, Maha Sesuai Dengan Prasangka Hamba-Nya, dan Maha Mengabulkan, apakah yang bisa terjadi?
You Are A Living Magnet!
Ikhwan Sopa
Trainer E.D.A.N.
+62 21 70096855
QA Communication
School of Motivational Communication
Di alam semesta ini ada banyak sekali hukum alam. Kita bisa menemukan setidaknya ada 18 hukum alam yang berlaku tetap dan pasti sebagai sunatullah selama alam semesta masih ada. Tahukah Anda bahwa hukum sebab-akibat, hanyalah salah satu dari itu semua?
Jika seluruh hukum alam itu bisa diaktivasi secara positif sesuai maksud dan tujuannya, maka hasil akhirnya adalah sebuah fenomena daya dan kekuatan yang dianggap paling powerful di alam semesta. Kekuatan itu disebut dengan Law of Attraction alias hukum ketertarikan.
Inilah penjelasan "bonus", tentang mengapa angsa berkumpul dengan angsa, kambing berkumpul dengan kambing, penggila olah raga dengan penggila olah raga, hobiis catur dengan hobiis catur lainnya.
Juga, tentang lahirnya berbagai jargon yang dikenal oleh dunia modern seperti "komunitas", "almamater", "geng", "kelompok", "band", "grup", "hobbyist", "kelompok penggemar", "persatuan", "asosiasi", atau bahkan "partai".
Adalah benar bahwa semuanya bisa terjelaskan secara logis, di mana semua itu terjadi karena kesamaan sifat dan karakter, kemiripan interest dan hobi, persamaan kepentingan, kesamaan golongan, orang yang tepat, waktu yang tepat, dan situasi yang tepat.
Di luar apa yang menjadi syarat-syarat logis di atas, dan selain apa-apa yang menjadi syariat dan amal yang wajib, apa yang mempersatukan semua itu adalah Law of Attraction.
Jika kita bisa memahami dan mengaktivasi Law of Attraction, maka kita bisa menciptakan fenomena yang merupakan kebalikan dari semua gambaran tentang saling tertariknya satu sama lain sebagaimana di atas.
Dengan Law of Attraction kita bisa menarik orang yang tadinya tidak interest menjadi interest. Kita bisa menyatukan orang-orang yang berbeda kepentingan terkumpul dalam suatu wadah dan menjadi orang-orang yang punya kepentingan sama. Kita bisa menarik orang lain untuk juga ikut menggemari apa yang kita gemari. Kita bisa membuat orang-orang yang awalnya berkonflik berubah menjadi sahabat setia.
Adakah, Law of Attraction juga bisa menarik sesuatu yang kita inginkan selain itu? Misalnya mobil, rumah, uang, atau kesuksesan duniawi lain? Tentu saja.
Dasarnya sederhana saja, yaitu bahwa tidak satupun yang terjadi di alam semesta ini, terjadi sebagai kebetulan. Tuhan itu Maha Besar dan Maha Mengetahui. Sehingga, tak satupun terjadi tanpa sepengetahuan dan tanpa kehendak-Nya. Segala sesuatu, memang bagian resmi dari skenario-Nya. Tak ada kebetulan, tak ada tidak sengaja.
Kita sebagai manusia, bisa berperan dalam sistem alam semesta yang telah dianugerahkan- Nya kepada kita, di mana alam semesta itu telah ditaklukkan bagi kita, untuk tujuan beribadah kepada-Nya.
Peran itu di antaranya adalah kemampuan untuk mengaktivasi fenomena Law of Attraction, sebagai sebuah demonstrasi dari sifat Maha Besar-Nya, dan dari sifat Maha Pemurah-Nya. Lebih tepatnya, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan sunatullah sehingga kita bisa belajar, mengenali, dan akhirnya meyakini segala sifat Maha-Nya.
Dengan Law of Attraction (tanpa meninggalkan syariat utama dalam bentuk amal alias action), kita bisa menarik apapun yang kita inginkan tanpa melihat apakah yang kita inginkan itu baik atau buruk, positif atau negatif, dan bahkan kita sukai atau tidak kita sukai. Sepanjang kita menginginkannya, maka kita bisa mendapatkan semua itu atas izin dari-Nya.
Mengapakah ada orang yang dianggap jahat, tapi juga dianggap sukses secara finansial? Mengapakah ada orang baik yang ternyata juga sukses secara finansial? Mengapa faktor "bersabar", "kerja keras", dan "tekun" tidak hanya berlaku bagi mereka yang meyakini Tuhan? Perampok pun jika "tekun" dan "sabar", akan menjadi perampok yang sukses bukan? Terlepas dari tempat kembalinya setelah kematian menjemput.
Hari Sabtu yang lalu, saya menghadiri acara arisan bersama teman-teman alumni SMA saya. Acara arisan dan silaturahim itu diselenggarakan di Kalianda Resort, sebuah pantai yang manis di ujung propinsi Lampung.
Saya berangkat dari Jakarta, dijemput oleh teman alumni yang juga bekerja di Jakarta. Kami bersepakat untuk berangkat bersama dengan teman lain dari Bogor dan Tengerang. Kami menetapkan untuk berangkat pagi-pagi sekali sebelum subuh menjelang.
Malam itu, saya sempat begadang untuk sebuah urusan. Ketika hampir subuh, saya dibangunkan oleh dering HP dari teman yang akan menjemput saya. Dengan terburu-buru, saya segera mandi. Belum lagi saya selesai mandi, teman saya itu datang. Maka saya pun berkemas dengan tergesa-gesa. Rencananya, kami shalat subuh di Karawaci.
Saya ingat di perjalanan, ternyata saya lupa membawa uang. Untunglah di saku jeans saya masih terselip kartu ATM saya. Saya mintakan pada Mas Ridho teman saya yang sekarang penggiat offroad itu, untuk mampir ke salah satu ATM yang kami ditemui di sepanjang jalan. Saya perkirakan, ATM itu ada di rest area sekitar Karawaci atau di kota Cilegon. Mungkin karena masih terlalu gelap, saya belum berhasil juga menemukan mesin ATM di sepanjang tol Jakarta-Merak.
Sampai di Cilegon, kami mampir sarapan di sebuah restoran soto yang cukup terkenal. Mungkin juga karena terlalu asyik bertemu teman lama, saya pun lupa mencari ATM di sana. Alhasil, sampai di kapal pun saya tetap belum memegang uang kas (Kapal Ferry Mufidah namanya, yang berlayar di tengah cuaca keras dan berguncang-guncang serta membuat mual isi perut). Begitu pula, saat kami tiba di tempat acara.
Acara berjalan dengan segala kemeriahan, dan ditimpali dengan pergeseran perilaku setiap orang yang kembali ke masa-masa dua puluh tahun yang lalu. Di tengah kemeriahan itu, seseorang mendekati saya, Rini namanya.
Rini adalah sahabat SMA saya, kini seorang dokter. Ia rupanya menagih iuran arisan untuk dua bulan lamanya. Hari itu memang akan diadakan penarikan arisan. Saya memang belum menyetor karena di pertemuan sebelumnya saya tak bisa hadir.
Saya meminjam uang kas kepada Mas Ridho, dan saya katakan akan saya ganti segera. Mas Ridho meminjami saya, dan kemudian saya menyerahkan uang itu kepada Mbak Rini. Saya katakan pada Mbak Rini,
"Ini Mbak uangnya. Entar aku yang dapet lho!"
Rini berlalu dan mencari penunggak lain. Saya kembali tenggelam dalam nostalgia bersama teman-teman lama.
Sore hari, pemenang arisan diumumkan. Alhamdulillah, saya adalah pemenangnya. Saya kembalikan uang Mas Ridho dengan disertai senyum rasa syukur. Acara itu, dihadiri oleh sekitar 70 atau 80 orang yang sebagian besarnya ikut arisan. Lumayan juga perolehan saya. He...he...
Why me? Mengapakah kata-kata saya menjadi kenyataan? Kebetulankah itu? Mbak Rini sendiri sempat nyeletuk terheran-heran, dan bahkan sempat "menuduh" saya memiliki "sesuatu".
Saya tidak memiliki sesuatu, kecuali keyakinan bahwa memang saya-lah yang akan memenangkan arisan kali itu. Keyakinan itu, mencapai puncaknya saat saya menyerahkan uang iuran arisan ke tangan Mbak Rini.
Anda betul. Probabilitas ada bermain di sana. Mungkin juga, nasib baik ikut berperan. Dan tentu saja, the right time, the right place, the right person, the right situation. Akan tetapi, cukupkah itu saja? Tidak. Sebab, itulah yang disebut dengan fenomena Law of Attraction. Bukan kebetulan, bukan klenik, tapi kekuatan pikiran, kekuatan kemauan, dan kekuatan keinginan.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Gambaran berikut ini akan serta merta menyadarkan Anda.
Tuan A dan Tuan B adalah dua sahabat kental yang tukang jajan. Suatu hari, mereka berdua pergi ke sebuah rumah makan. Tuan A memilih menyantap siomay, dan tuan B memilih jajan bakso.
Di sela-sela santapan mereka, Tuan A tergiur oleh bulat-bulat kenyal bakso di hadapan Tuan B. Tuan A memutuskan untuk mencicipi satu butir saja bakso di mangkuk Tuan B. Tuan A pun kemudian mengatakan minatnya kepada Tuan B. Ia meminta bakso itu. Gayung bersambut, Tuan A mendapatkan satu butir bakso yang diinginkannya.
Sebenarnya, semudah itu pula fenomena Law of Attraction bisa diterapkan. Terlebih lagi, jika kemampuan ini dilatih dan dilatih, diasah dan diasah.
Tuan A, saat mengutarakan minatnya kepada Tuan B, tidak hanya sekedar membuka mulut dan mengajukan permintaan. Suara Tuan A, disertai dengan perangkat pikiran, perasaan, emosi, dan mood yang diramu dengan tepat dan positif, menghasilkan kekuatan besar yang membuat keinginannya terealisasikan. Kekuatan Law of Attraction.
Pikiran, perasaan, dan emosi Tuan A, adalah kombinasi positif yang dihasilkan dari proses pengolahan informasi yang dipahami oleh Tuan A sendiri, tentang hubungannya dengan Tuan B.
Bahwa ia merasa dekat dengan Tuan B. Bahwa ia telah bersahabat puluhan tahun dengan Tuan B. Bahwa ia merasa sangat mengenal karakter Tuan B. Bahwa ia begitu yakin akan kedekatannya dengan Tuan B. Bahwa penolakan oleh Tuan B malah justru akan menjadi sebuah kontradiksi di dalam hubungan mereka berdua. Penolakan dari Tuan B akan membuatnya shock dan malah mempertanyakan kembali kedekatan hubungan mereka berdua. Itu semua, berakhir pada sebuah mood yang disertai dengan keyakinan tinggi bahwa Tuan B pastilah memberi.
Maka, dengan segala pemahaman Tuan A tentang kedekatannya dengan Tuan B, Tuan A tetap bisa berkeyakinan bahwa apa yang diinginkannya akan terkabul. Maka, itulah yang terjadi.
Bagaimana, bisakah kini kita memahami siapa itu pemimpin kharismatik? Siapa itu top seller? Siapa itu presenter handal? Siapa itu orang-orang yang sukses, kaya, dan berbahagia? Disadari atau tidak, mereka adalah praktisi handal dalam fenomena Law of Attraction.
Bapak, Ibu, dan Saudara yang budiman. Jika saja kita bisa meramu pikiran, perasaan, emosi, mood, dan bahkan hati dengan cara yang sama dengan yang dilakukan Tuan A, tapi kita terapkan dalam hubungan kita dengan yang Maha Pemurah, Maha Pemberi, Maha Sesuai Dengan Prasangka Hamba-Nya, dan Maha Mengabulkan, apakah yang bisa terjadi?
You Are A Living Magnet!
Ikhwan Sopa
Trainer E.D.A.N.
+62 21 70096855
QA Communication
School of Motivational Communication
Tidak ada komentar:
Posting Komentar