Bertambah tahun juga suatu yang alami, namun bertambah amal adalah pilihan. Apa sih yang membedakan lebaran tahun ini dengan tahun lalu? Ada yang mengukur dari sisi materi yang bertambah, ataupun berkurang. Mungkin Ada yang sedang bangkrut dan mengatakan,”Tahun ini adalah tahun musibahku. Saat yang lain merayakan Idul Fitri dengan serba baru, aku justru harus melego semuanya, masih ditambah tagihan yang menumpuk!” Apakah Anda mengalaminya saat ini atau bahkan lebih parah? Disisi lain, seseorang yang bertambah sukses dan kaya, pulang ke kampung dengan segalanya yang baru, siap ‘dipamerkan’ kepada kerabatnya.
Renungkan!
Tidak ada salahnya saat mendapat musibah, kita hubungkan dengan shodaqoh kita yang kurang ataupun shalat kita yang kurang. Namun untuk bangkit dari musibah itu, juga harus menganalisa faktor ‘bumi’, bukan hanya faktor ‘langit’. Artinya, dari kedua dimensinya diperbaiki! Apa yang terjadi jika salah satu sisi, misalnya spiritualnya saja yang diperbaiki? Maka, InsyaAllah Anda akan menemui masalah yang serupa lagi. Kemudian Anda akan mengatakan kembali,”Astaghfirullah, shodaqohku kurang lagi sepertinya”. Bukan shodaqohnya ‘dul’, tapi ilmunya yang nggak di-upgrade, versinya udah usang. Bukankah segala sesuatu ada ilmunya?
Bukan berarti benar juga, jika saat menemui kegagalan atau kebangkrutan, dianalisa dari faktor ‘bumi’ saja. Mengikuti training, seminar, mempelajari ilmunya, dengan menghiraukan faktor ‘langit’, yaitu kuasa Allah. Apa jadinya nanti? TAKABUR dan mengagungkan keilmuan! Kaya, tapi dibenci orang. Jadi mana yang benar? Anda pasti tahu jawabnya.
Musibah akan menjadi berkah bagi kita, jika kita menganggapnya sebagai pembelajaran. Penghianatan akan menjadi kedewasaan bagi kita, jika kita mampu mengintrospeksi diri. Kebangkrutanpun sangat kita perlukan untuk meruntuhkan semua kesombongan yang kita miliki. Bukankah semua itu suatu proses yang wajar kita alami jika mau naik kelas? Tinggal bagaimana kita mensikapi. Banyak orang, termasuk saya dahulu, sibuk mencari kambing hitam dan putih diluar diri saya, saat mengalami musibah. Padahal jawabannya ada di diri sendiri. Apa yang membelenggu kita, hingga kita tidak dapat menemukan jawaban dari permasalahan kita? SUPER EGO, kesombongan!
Terus bagaimana caranya? Gampang aja, berdiam dirilah alias SILENT! Bisingnya informasi yang kita dengar dan sibuknya aktifitas yang kita lakukan, membuat otak kita tak bisa jernih berfikir. Berikan waktu untuk diri Anda berkomunikasi dengan diri Anda sendiri. Siapkan kertas dan pena, tuliskan dan gambarkan peta Anda saat ini. Dimana posisi Anda sekarang? Mau pergi kemana? Bagaimana cara mencapainya? Apa kendalanya? Jawabannya ada didalam, bukan diluar.
“Bertambah usia itu pasti, bertambah bijak itu PILIHAN”